Siap Hadapi Perubahan Iklim, GNI Adakan Pertemuan Pemangku Kepentingan

Siap Hadapi Perubahan Iklim GNI  Adakan Pertemuan Pemangku Kepentingan GNI mengadakan acara yang bertajuk Pertemuan Pemangku Kepentingan di ZHM Hotel, Kamis (26/1/2023)

Covesia.com - Gugah Nurani Indonesia (GNI) kembali melakukan sebuah program adaptasi perubahan iklim. Kamis (26/1/2023) GNI mengadakan acara yang bertajuk Pertemuan Pemangku Kepentingan dengan mengangkat tema "Bersinergi Untuk Mewujudkan Masyarakat yang Adaptif Terhadap Perubahan Iklim" di Hotel ZHM Padang.

Acara ini dihadiri oleh beberapa unsur seperti OPD, Akademisi, Praktisi, dan NGO-NGO lainnya, serta masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Rinawati selaku Manager GNI Padang CDP mengatakan program ini difokuskan untuk masyarakat pesisir pantai, Sumatera Barat dan sudah dilakukan sejak dari tahun 2022.

"GNI Padang telah memulai sejak tahun 2022 dengan lokasi di 2 kelurahan Kecamatan Koto Tangah yaitu Kelurahan Pasia Nan Tigo dan Kelurahan Padang Sarai," ujar Rina.

Dia juga menjelaskan kegiatan ini adalah untuk membuat semua elemen yang ada baik masyarakat, pemerintahan dan unsur-unsur lain agar bisa beradaptasi menghadapi perubahan iklim yang terasa nyata disekitar kita.

"Kita bisa lihat, karena perubahan iklim ini timbulnya potensi-potensi bencana baru disekitar kita, abrasi pantai misalnya, puting beliung atau misalnya dipertanian, tanaman yang tidak bisa tumbuh maksimal dan konsekuensinya dirasakan langsung oleh keluarga kelas bawah," jelasnya.

Dia juga mengatakan program ini diciptakan untuk menjaga ketangguhan keluarga terhadap perubahan iklim tersebut.

"Total sudah ada 410 keluarga yang  kita dampingi dan pada pertemuan kali ini kita berharap untuk membangun sinergitas bersama antara pemangku kepentingan dan juga stacholder lainnya sehingga harapannya dampak dari acara ini dapat menjadi inspirasi dari kelurahan lainnya di Kota Padang," katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan dengan adanya pertemuan ini dapat menjadi bahan perbincangan untuk kedepannya baik dari pemerintah, pengawas, masyarakat dan lainnya dalam menghadapi perubahan iklim, sehingga nanti masyarakat lebih adaptif dalam menghadapi perubahan iklim ini.

"Perubahan iklim menjadi isu yang sangat serius untuk saat ini dan harus menjadi atensi semua pihak," terangnya.

Dia juga menjelaskan dalam pertemuan ini menampilkan beberapa pemateri yang akan memberikan materinya terkait perubahan iklim tersebut.

Dimana yang menjadi pemateri adalah Kepala Ombudsman Sumbar, Kepala Stasiun Klimatologi Sicincin, Padang Pariaman, Kadis Perikanan dan Pangan Kota Padang lalu ada dari Kalaksa BPBD Padang dan juga Akademisi sekaligus praktisi dari UMSB.

Yefri Heriani yang menjabat sebagai Kepala Ombudsman Sumbar mengatakan apapun upaya yang telah diberikan masyarakat dalam berpartisipasi dalam menghadapi perubahan iklim walaupun kecil pasti akan berdampak untuk kedepannya.

"Selain itu negara juga wajib hadir dalam hal ini, seperti membuat kebijakan yang baik dan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan dalam program-program menghadapi perubahan iklim ini, karena tanpa adanya partisipasi masyarakat maka program juga tidak akan jalan," katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan pemerintah tidak akan mudah bekerja untuk seluruh elemen, tanpa adanya suara dari masyarakat.

"Sehingga partisipasi kelompok rentan sangat diperlukan. Misalnya dari ibu rumah tangga menyampaikan ke RT atau RW, RW meneruskan ke lurah, lurah ke camat dan seterusnya, agar apa yang dirasakan dibawah dapat tersampaikan ke pemerintah khususnya untuk perubahan iklim, karena perubahan iklim akan berdampak kepada sosial ekonomi masyarakat rentan," jelasnya.

Bukan hanya itu, lanjutnya, selain pemerintah, pihak-pihak swasta juga bisa berpartisipasi dalam adaptasi perubahan iklim ini.

"Apabila masyarakat sudah mau berkontribusi dalam hal ini namun tidak ada upaya dari pemerintah maka boleh dilaporkan ke ombudsman karena itu pasti ada anggarannya dan tugas ombudsman adalah pengawasan," imbuhnya.

Disisi selain Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, Heron Tarigan menyambut positif acara yang dilakukan oleh GNI ini.

"Kegiatan hari ini cukup positif karena memfasilitasi masyarakat untuk dapat mengantisipasi dampak dari perubahan iklim," katanya.

Dia juga menjelaskan dampak dari perubahan iklim dalam beberapa aspek memang tidak dirasakan langsung oleh masyarakat namun dalam jangka panjang akan membebani masyarakat.

Perubahan iklim selain dapat mempengaruhi ekonomi juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat katanya, misalnya akibat kenaikan polutan dapat menyebabkan penyakit, bukan hanya itu dengan kenaikan iklim dapat memperngaruhi tanaman sehingga harga pangan bisa naik.

"Tidak sampai disana perubahan iklim dapat mengakibatkan perubahan sosial ekonomi, perubahan lingkungan alam dan perubahan budaya," imbuhnya.

Sementara itu Kadis Perikanan dan Pangan Kota Padang, Guswardi menjelaskan dampak perubahan iklim sangat mencekam dimasyarakat yang mengakibatkan naiknya harga pangan termasuk harga-harga komoditas laut.

"Pemko padang telah membuat program-program untuk perubahan iklim mulai dari pertanian telah memanfaatkan lahan-lahan kosong dengan penanaman komoditas yang diperlukan oleh masyarakat," katanya.

Bahkan dia menjelaskan salah satu program Pemko Padang telah menyebarkan ribuan bibit cabe ke masyarakat agar bisa ditanam di pekarangan rumah.

"Setiap pekarangan atau lahan yang ada di rumah-rumah masyarakat agar dapat menanam berbagai tanaman yang dapat mencukupi kebutuhan pangan misalnya cabai, sayur," terangnya.

Karena masyarakat katanya akan lebih mudah dan terbantu dalam hal penghematan.

"Pengeluaran masyarakat untuk hal-hal semacam itu setelah kita hitung, IRT menghabiskan 30 ribu perhari, nah kalau seandainya ada di tanam di depan rumah itu akan menghemat anggaran yang 30 ribu itu," imbuhnya.

Baca Juga