BMKG Ingatkan Dampak Buruk dari Perubahan Iklim

BMKG Ingatkan Dampak Buruk dari Perubahan Iklim
Covesia.com - Sebagai dampak perubahan iklim global yang terjadi belakangan ini berdampak terhadap pergeseran musim kemarau dan musim hujan di Indonesia. 

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, Heron Tarigan dalam acara yang bertajuk Pertemuan Pemangku Kepentingan dengan mengangkat tema "Bersinergi Untuk Mewujudkan Masyarakat yang Adaptif Terhadap Perubahan Iklim" di Hotel ZHM Padang, Kamis (26/1/2023).

"Dampak perubahan iklim yang kita rasakan saat ini seperti kenaikan suhu rata-rata dan maks, kenaikan permukaan air laut, perubahan pola hujan, dan pergeseran musim kemarau dan musim hujan," katanya.

Ia juga menjelaskan perubahan suhu menyebabksn peningkatan vector nyamuk dan kejadian penyakit Pneumonia. Sedangkan kenaikan permukaan air laut berdampak pada pelayaran nelayan. 

Lebih lanjut, perubahan pola hujan akan berdampak keadaan iklim kering dan basah dan lebih sering berpeluang di atas normal.

"Perubahan pola hujan ini berdampak akan kondisi yang cenderung hujan atau cenderung kemarau. Jadi sedikit kemungkinan suhu normal," jelasnya.

Begitu juga dengan perubahan musim kemarau dan hujan yang dapat menurunkan produksi padi dan menurunkan ketersediaan air jika dilanda musim kemarau.

Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada bencana hidrometeorologi, khususnya di Provinsi Sumatera Barat. Menurutnya akibat perubahan iklim, Sumbar sering dilanda musim hujan yang berdampak akan bencana seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya.

"Di Sumbar saja, beberapa kali ditemukan berita hidrometeorologi. Misalnya di sawah di Pasaman yang rusak diterjang banjir sehingga petani gagal panen. Ini berdamoak terhadap penurunan produksi masyarakat," jelasnya.

Selain perubahan iklim, bencana hidrometerologi juga disebabkan oleh ulah manusia, seperti membuang sampah ke zona sungai atau laut. 

"Berdasarkan data, sampah yang dibuang ke subgai mencapai 4,8 persen. Limbah sampah ini juga yang menimbulkan banjir. Bahkan juga merugikan biota air," ucapnya.

Menurutnya untuk menyikapi persoalan ini, BMKG berperan dalam informasi prakiraan hujan bulanan dan musiman. Selain itu BMKG juga menentukan pola tanam dan kalender tanam sehingga petani dapat menyesuaikan dengan prakiraan BMKG.

"Dalam pengelolaan iklim ini kita melakukan pengamatan, pengumpulan data, pengolahan, membentuk prakiraan, dan melakukan evaluasi. Sehingga hasil tersebut bisa diinfokan ke masyarakat," ucapnya.

Tidak hanya itu, masyarakat perlu membentuk kepedulian ramah lingkungan dalam meminimalisir limbah sampah rumah tangga. 

"Negara kita harus mengajarkan bahaya pengaruh sampah terhadap lingkungan dan kesehatan. Selain itu harus mencoba meminimalisir limbah sampah agar tidak dibuang ke perairan," imbuhnya.

(adi)

Baca Juga