Covesia.com - Rektor Universitas Baiturahmah Musliar Kasim menegaskan adanya anggapan bahwa lulusan kedokteran perguruan tinggi negeri lebih baik dari perguruan tinggi swasta adalah sebuah kekeliruan.
Akibat penilaian seperti itu, banyak calon mahasiswa rela menunggu satu tahun karena tidak lulus di kedokteran Perguruan Tinggi Negeri.
“Mereka yang tidak lulus FK negeri akhirnya rela menunggu sampai tahun depan untuk mencoba lagi," ujar Musliar Kasim saat Gala Diner Asosiasi Fakultas Kedokteran Swasta Indonesia (AFKSI) di Hotel Santika Padang, Sabtu (4/2/2023) malam.
Menurutnya, dari segi pendidikan, penelitian, dan pengabdian, fakultas kedokteran Negeri dan swasta tidak ada bedanya.
"Jadi anggapan yang berkembang di tengah masyarakat itu perlu diluruskan," imbuhnya.
Seperti diketahui Para dekan Fakultas Kedokteran (FK) Swasta se-Indonesia tengah berkumpul di Kota Padang, Sumatra Barat.
Kedatangan para dekan tersebut dalam rangka mengikuti pertemuan forum Dekan di bawah naungan Asosiasi Fakultas Kedokteran Swasta Indonesia (AFKSI) 2023.
Kegiatan tersebut diselenggarakan selama tiga hari, mulai Jumat (3/2/2023) hingga Minggu (5/2/2023) dan Universitas Baiturahmah bertindak sebagai tuan rumah.
Ketua Pengurus Besar Forum Dekan di bawah naungan Asosiasi Fakultas Kedokteran Swasta Indonesia (AFKSI) Artha Budi Susila Duarsa di sela kegiatan mengatakan bahwa Rakor ini dilaksanakan dua kali dalam setahun dan saat ini dihadiri sekira 45 dekan Fakultas Kedokteran Swasta yang tergabung dalam AFKSI.
“Saat ini kita ada 52 Fakultas Kedokteran Swasta yang bergabung dalam AFKSI, dan untuk Rakor ini dihadiri 45 diantaranya,” terang Dekan FK Unizar tersebut, Sabtu (4/2/2023) malam.
Lebih lanjut ia mengatakan dalam Rakor kali ini pihaknya membahas sejumlah isu-isu strategis di bidang kesehatan, salah satunya terkait penambahan program studi kedokteran dan kedokteran spesialis.
“Itu seusai dengan Undang-Undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Untuk menyiapkan pelayanan kesehatan berbasis praktis dan berbasis kolaboratif praktis,” terangnya.
(*)