Tradisi Ziarah Kubur dan Pedagang Bunga Rampai Jelang Puasa Ramadhan di Kota Padang

Salah satu tradisi masyarakat Minangkabau, menyambut datangnya bulan suci Ramadhan adalah ziarah kubur atau ziarah makam ke makam sanak saudara mereka yang telah terlebih dahulu dipanggil sang pencipta.

Uniknya, dalam tradisi ini para penziarah akan menabur bunga rampai di atas makam yang telah selesai dibersihkan. Tradisi ini tak pernah pudar dari kalangan masyarakat minang dan telah dilakukan secara turun temurun, biasanya paling ramai di Tempat Pemakaman Umum (TPU) sanak saudara mereka.

Ramainya orang melakukan ziarah kubur, dimanfaatkan para pedagang bunga rampai untuk mengais rezeki.

Seperti yang terlihat saat covesia.com datang ke lokasi TPU Tunggul Hitam, tepatnya di Jl.Tunggul Hitam, Air Tawar Timur, Kec.Koto Tangah, Kota Padang  Sumatera Barat, pedagang berjejeran menunggu penziarah membeli dagangan mereka.

Salah satu pedagang bunga rampai Wati (35), ia mengatakan telah berjualan bunga rampai pada saat momen ziarah kubur jelang Ramadhan setiap tahun. "Setiap tahun saya jualan bunga ini, malah telah dimulai sekitar umur saya dulu kelas 5 sekolah dasar," ujar dia. 

Lanjut dia, untuk satu kantong plastik itu harganya 5 ribu, namun jika ada yang meminta 3 kantong 10 ribu bisa juga. "Kadang ada pembeli itu yang menawar, jadi saya kasih juga," terangnya sembari memasukkan bunga rampai ke dalam kantong plastik.

"Bahanya terdiri dari daun pandan, bunga mawar, bunga melati serta bunga kenanga. Semuanya disatukan, setelah daun pandan dipotong kecil-kecil," lanjut dia menjelaskan. 

Kata Wati, semua bahan yang digunakan untuk membuat bunga rampai tersebut dibelinya, bahkan satu tangkai bungga mawar itu dibeli dengan harga Rp1.000.

"Semua bahan saya beli pula, untuk pendapatan sehari itu sebelum dikeluarkan modal paling tinggi bisa mencapai 500 ribu," jelas Wati yang hari-hari biasanya berjualan makanan.

Selain bunga rampai, Wati juga menjual air mawar, untuk satu botol dengan harga juga 5 ribu. "Air mawar juga ada, namun yang lebih dominan dibeli penziarah itu bunga rampai saja," sebutnya.

Sementara itu, pedagang lainnya Yetti (57), mengatakan berjualan bunga rampai adalah warisan turun temurun dari keluarganya. "Ini telah warisan turun temurun, mulai dari nenek saya. Sekarang nenek saya juga berjualan di lokasi yang sama," terang dia temui covesia.com ditulis Senin, (28/3/2022).

Lanjut dia, untuk pendapatan perhari bisa mencapai 300 ribu. "Perhari 300 ribu, kadang bisa lebih jika penziarah ramai," terang Yetti.

"Semoga penziarah semakin ramai mendekati puasa ini, dengan begitu pembeli juga banyak," harap dia.

Dari pantauan covesia.com Minggu (27/3/2022) sore, puluhan penziarah padati TPU tunggul hitam tersebut. Terlihat beberapa kuburan telah dibersihkan dan ditaburi bunga rampai oleh para penziarah.